Rabu, Oktober 21, 2009

Asal Usul Danau Toba

Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hidup seorang
petani. Ia seorang petani yang rajin bekerja walaupun
lahan pertaniannya tidak luas. Ia bisa mencukupi
kebutuhannya dari hasil kerjanya yang tidak kenal lelah.
Sebenarnya usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi
ia tetap memilih hidup sendirian. Di suatu pagi hari yang
cerah, petani itu memancing ikan di sungai. "Mudahmudahan
hari ini aku mendapat ikan yang besar,"
gumam petani tersebut dalam hati. Beberapa saat setelah kailnya
dilemparkan, kailnya terlihat bergoyang-goyang.
Ia segera menarik kailnya.
Petani itu bersorak kegirangan setelah mendapat seekor ikan cukup besar.
Ia takjub melihat warna sisik ikan yang indah. Sisik ikan itu berwarna kuning
emas kemerah-merahan. Kedua matanya bulat dan menonjol memancarkan
kilatan yang menakjubkan. "Tunggu, aku jangan
dimakan! Aku akan bersedia menemanimu jika kau tidak
jadi memakanku." Petani tersebut terkejut mendengar
suara dari ikan itu. Karena keterkejutannya, ikan yang
ditangkapnya terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa
lama, ikan itu berubah wujud menjadi seorang gadis
yang cantik jelita. "Bermimpikah aku?," gumam petani.
"Jangan takut pak, aku juga manusia seperti engkau.
Aku sangat berhutang budi padamu karena telah menyelamatkanku dari
kutukan Dewata," kata gadis itu. "Namaku Puteri, aku tidak keberatan untuk
menjadi istrimu," kata gadis itu seolah mendesak. Petani itupun mengangguk.
Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah
disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari
seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.
Setelah sampai di desanya, gemparlah penduduk desa
melihat gadis cantik jelita bersama petani tersebut. "Dia
mungkin bidadari yang turun dari langit," gumam
mereka. Petani merasa sangat bahagia dan tenteram.
Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk mencari
nafkah dengan mengolah sawah dan ladangnya dengan
tekun dan ulet. Karena ketekunan dan keuletannya,
petani itu hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya.
Banyak orang iri, dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat
menjatuhkan keberhasilan usaha petani. "Aku tahu Petani itu pasti
memelihara makhluk halus! " kata seseorang kepada temannya. Hal itu
sampai ke telinga Petani dan Puteri.
Namun mereka tidak merasa tersinggung, bahkan
semakin rajin bekerja. Setahun kemudian, kebahagiaan
Petan dan istri bertambah, karena istri Petani melahirkan
seorang bayi laki-laki. Ia diberi nama Putera.
Kebahagiaan mereka tidak membuat mereka lupa diri.
Putera tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan
kuat. Ia menjadi anak manis tetapi agak nakal. Ia
mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua
orang tuanya, yaitu selalu merasa lapar.
Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat dimakannya sendiri. Lama
kelamaan, Putera selalu membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu
pekerjaan orang tua, ia selalu menolak. Istri Petani selalu mengingatkan
Petani agar bersabar atas ulah anak mereka. "Ya, aku akan bersabar, walau
bagaimanapun dia itu anak kita!" kata Petani kepada istrinya. "Syukurlah,
kanda berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang suami dan ayah yang
baik," puji Puteri kepada suaminya.
Memang kata orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini dialami oleh Petani
itu. Pada suatu hari, Putera mendapat tugas mengantarkan makanan dan
minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi Putera tidak
memenuhi tugasnya. Petani menunggu kedatangan anaknya, sambil
menahan haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di lihatnya Putera
sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil menjewer kuping
anaknya. "Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri ! Dasar anak ikan !," umpat
si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan itu.
Setelah petani mengucapkan kata-katanya, seketika itu juga anak dan istrinya
hilang lenyap. Tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba
menyemburlah air yang sangat deras dan semakin deras. Desa Petani dan
desa sekitarnya terendam semua. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga
membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau
itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. Sedangkan pulau kecil di
tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir.

Moral : Jadilah seorang yang sabar dan bisa mengendalikan emosi. Dan
juga, jangan melanggar janji yang telah kita buat atau ucapkan.

Tidak ada komentar: